04 Desember, 2010

Impian Seorang Melarat Bernama Kunyuk

Satu-satunya keinginan Kunyuk yang selalu diiringi doa setiap detiknya adalah mengharapkan kebangkitan kembali Bung Karno dari kuburnya, dan mengambil alih kekuasaan Negara untuk memimpin kembali bangsa ini menghadapi neo kolonialisme barat.

Kunyuk yang sudah keriput kulitnya walapun masih berusia muda, selalu teringat akan temannya yang kini menjadi Presiden negara adidaya United State of Amburadul, Beri Hasan Obambang.

Dalam benak Kunyuk, tak pernah terpikir masuk akal kalau Beri bisa lebih maju pendidikannya dari pada pendidikan Kunyuk yang putus di tengah jalan karena biaya. Padahal Beri hidup dari sumber alam yang dikeruk dari bumi Indonesia, sedangkan Kunyuk yang orang Indonesia asli tidak mampu hidup dari kekayaan alam negerinya sendiri.

Bahkan hari ini Kunyuk melihat kenyataan yang lebih pahit. Dia tidak bisa lagi mendapatkan bahan bakar kualitas tertentu yang harganya terjangkau. Kunyuk harus merelakan menggunakan bahan bakar berkualitas lebih baik dengan harga yang tak terjangkau.

Kunyuk harus memahami pula bahwa bahan bakar kualitas tertentu yang jatahnya dikurangi di negeri ini harus dikirim ke negara yang dipimpin Beri untuk keperluan militer.

Kunyuk juga sering bertanya-tanya, mengapa isu pemberantasan korupsi di negeri ini ceritanya selalu berseri. Tidak pernah ada akhirnya, seakan-akan tidak akan pernah selesai.

Kunyuk mencurigai, jangan-jangan isu pemberantasan korupsi yang berseri hanyalah semacam upaya pengalihan perhatian publik dari isu lain yang sebenarnya merupakan pangkal penyebab kemelaratan negeri ini. Tentu saja pengalihan ini adalah merupakan pesanan dengan intimidasi tertentu dari sebuah negara adidaya.

Sebab kenyataan sesungguhnya yang membuat negeri ini melarat adalah kerakusan negara adidaya dalam pembagian hasil usaha kontrak karya pertambangan yang tidak proporsional.

Mengapa negara adidaya memandang perlu memelaratkan negeri ini? Tentu saja, karena jika negeri ini makmur maka akan bisa membiayai serta memperkuat diri dalam berbagai bidang, seperti bidang iptek dan industri pertahanan.

Dengan memelaratkan Indonesia, negara adidaya itu tidak perlu memperkuat pertahanan negara-negara tetangga Indonesia secara berlebihan, seperti Singapore, Malaysia dan Filipina. Sebab sesungguhnya negara Adidaya itu pun tidak begitu mempercayai tiga negara tersebut.

Kunyuk hanya bisa berharap, para teknolog Indonesia agar mulai merubah sikap budaya dan orientasinya agar lebih berpihak pada kepentingan macro nasional. Tidak mudah terayu oleh iming-iming kehidupan lebih baik di negeri rantau. Membangun negeri ini untuk kemakmuran anak cucunya akan jauh lebih berarti dan bermartabat (Medy P Sargo)

Tidak ada komentar: