Kita hidupkan kembali spirit BERDIKARI.
Jangan sekedar slogan seperti "Indonesia Bisa", "Indonesia Bangkit",
"indonesia Hebat", atau apapun namanya. Slogan tak punya arti jika kita
seperti orang mati.
BERDIKARI, Berdiri Di atas Kaki Sendiri
(swadesi), jangan diartikan sempit hanya seputar kemampuan membuat
sesuatu dengan tangan sendiri. Tetapi harus diartikan juga sebagai
kemampuan dalam menggunakan produk-produk hasil karya bangsa sendiri.
Kita harus memiliki rasa bangga menggunakan produk bangsa sendiri.
Perkara kualitas menjadi tanggungjawab kita sendiri untuk mendorongnya
menjadi lebih baik. Jangan ragu mengkritik kelemahan produk anak negeri.
Tetapi jangan hanya mengejek. Berikan saran yang konstruktif. Anda yang
mengejek belum tentu bisa berbuat sesuatu yang lebih baik. Tetapi
sangat penting memberi koreksi pada karya di bidang apapun. Agar tidak
mudah puas dengan hasil kerja yang baru setumit kaki.
Kita tahu,
tidak ada hasil kerja yang sempurna. Perubahan selalu diperlukan untuk
menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan berusaha mensejajari pesaing
kita di seluruh dunia. Memang saat ini masih terlalu banyak
ketertinggalan yang dialami Negeri ini. Tetapi itu pasti tak lepas dari
peran kita sebagai anak bangsa. Kita sering menyadari itu, tetapi
berhenti hanya pada keluhan atau membiarkan. Padahal tugas kita sebagai
anak bangsa bukan hanya bertanggungjawab mengurus diri kita sendiri atau
keluarga kita sendiri. Kita punya rumah besar bernama Republik Indonesia. Jika
kita hanya diam, tak ubahnya seperti rayap yang menggerogoti kayu-kayu
bangunan rumah kita hingga roboh kelak.
Hidup kita bukan berakhir
ketika kita mati. Tetapi masih ada yang harus melanjutkan cita-cita
kita, yaitu anak cucu kita. Karena itu berilah persoalan yang mudah bagi
anak cucu kita di kemudian hari. Kita harus berbuat banyak hal berguna
bagi Negeri ini, dan menyisakan sedikit saja untuk dilanjutkan anak cucu
kita.
Mari BERDIKARI. Contoh yang sederhana, tontonlah
filem-filem nasional. Tapi jika tak mau menontonnya, lalu kenapa harus
menonton filem-filem produk luar secara membabi buta. Jika itu tak
menggerogoti devisa negara, tak apa. Tapi jika sudah tak seimbang dengan
penerimaan negara di sektor perfileman, maka sesungguhnya kita sedang
bunuh diri. Itu baru di sektor perfileman sebagai bagian dari bidang
kesenian. Belum di sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kesehatan,
pertahanan, pertambangan dan sebagainya.
Pandai-pandailah kita mensiasati
kondisi saat ini. Jangan mengukur kesehatan dan keselamatan Negeri ini
hanya dari keberadaan kita saat ini yang masih sekedar bisa makan dan
minum. Kita telah dininabobokan oleh kenikmatan dan kecukupan sekitar
puser, lalu pergi ke toilet. Kita masih punya tanggungjawab terhadap
kelangsungan hidup yang baik atas negeri ini.
INTI-nya, belanjakan uang
anda sedapat mungkin untuk membantu pertumbuhan ekonomi bangsa.
Belanjalah sesuai kebutuhan yang mampu bangsa ini penuhi. Tidak belanja
sesuai keinginan yang mampu bangsa lain sesaki. (Bersambung).