23 Agustus, 2016

MARI KITA BERDIKARI !!

Kita hidupkan kembali spirit BERDIKARI. Jangan sekedar slogan seperti "Indonesia Bisa", "Indonesia Bangkit", "indonesia Hebat", atau apapun namanya. Slogan tak punya arti jika kita seperti orang mati.
BERDIKARI, Berdiri Di atas Kaki Sendiri (swadesi), jangan diartikan sempit hanya seputar kemampuan membuat sesuatu dengan tangan sendiri. Tetapi harus diartikan juga sebagai kemampuan dalam menggunakan produk-produk hasil karya bangsa sendiri.

Kita harus memiliki rasa bangga menggunakan produk bangsa sendiri. Perkara kualitas menjadi tanggungjawab kita sendiri untuk mendorongnya menjadi lebih baik. Jangan ragu mengkritik kelemahan produk anak negeri. Tetapi jangan hanya mengejek. Berikan saran yang konstruktif. Anda yang mengejek belum tentu bisa berbuat sesuatu yang lebih baik. Tetapi sangat penting memberi koreksi pada karya di bidang apapun. Agar tidak mudah puas dengan hasil kerja yang baru setumit kaki.

Kita tahu, tidak ada hasil kerja yang sempurna. Perubahan selalu diperlukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan berusaha mensejajari pesaing kita di seluruh dunia. Memang saat ini masih terlalu banyak ketertinggalan yang dialami Negeri ini. Tetapi itu pasti tak lepas dari peran kita sebagai anak bangsa. Kita sering menyadari itu, tetapi berhenti hanya pada keluhan atau membiarkan. Padahal tugas kita sebagai anak bangsa bukan hanya bertanggungjawab mengurus diri kita sendiri atau keluarga kita sendiri. Kita punya rumah besar bernama Republik Indonesia. Jika kita hanya diam, tak ubahnya seperti rayap yang menggerogoti kayu-kayu bangunan rumah kita hingga roboh kelak.

Hidup kita bukan berakhir ketika kita mati. Tetapi masih ada yang harus melanjutkan cita-cita kita, yaitu anak cucu kita. Karena itu berilah persoalan yang mudah bagi anak cucu kita di kemudian hari. Kita harus berbuat banyak hal berguna bagi Negeri ini, dan menyisakan sedikit saja untuk dilanjutkan anak cucu kita.

Mari BERDIKARI. Contoh yang sederhana, tontonlah filem-filem nasional. Tapi jika tak mau menontonnya, lalu kenapa harus menonton filem-filem produk luar secara membabi buta. Jika itu tak menggerogoti devisa negara, tak apa. Tapi jika sudah tak seimbang dengan penerimaan negara di sektor perfileman, maka sesungguhnya kita sedang bunuh diri. Itu baru di sektor perfileman sebagai bagian dari bidang kesenian. Belum di sektor pertanian, peternakan, perkebunan, kesehatan, pertahanan, pertambangan dan sebagainya.
Pandai-pandailah kita mensiasati kondisi saat ini. Jangan mengukur kesehatan dan keselamatan Negeri ini hanya dari keberadaan kita saat ini yang masih sekedar bisa makan dan minum. Kita telah dininabobokan oleh kenikmatan dan kecukupan sekitar puser, lalu pergi ke toilet. Kita masih punya tanggungjawab terhadap kelangsungan hidup yang baik atas negeri ini.

INTI-nya, belanjakan uang anda sedapat mungkin untuk membantu pertumbuhan ekonomi bangsa. Belanjalah sesuai kebutuhan yang mampu bangsa ini penuhi. Tidak belanja sesuai keinginan yang mampu bangsa lain sesaki. (Bersambung).